**Reuni
III Alumni SMPN 2 Melak Ikut Hadir Guru-gurunya
KESEDERHANAAN
Syaharie Jaang, meski telah meraih berbagai kesuksesan usai merantau ke kota
dari ulu mahakam tidak pudar. Ayie—demikian nama kecilnya dulu, tetap sederhana,
santun, tidak lupa asal usul termasuk teman-temannya dulu. Ini tergambar dalam
reuni ke III alumni SMPN 2 Melak, Kutai Barat di rumah jabatan wali kota
Samarinda, Sabtu (18/5) malam.
“Ndik
usah ngiau pak, kiau Yie Aja,” ucap wali kota Samarinda Syaharie Jaang dalam
dialog dengan teman-teman alumni SMP Melak (sekarang SMPN 2) dengan logat
Kutai, yang artinya tidak usah memanggilnya sebutan Pak, tapi nama seperti dulu.
Oleh
karena itu, Syaharie meminta agar tidak merasa segan ketemunya.
Syaharie
merasa bangga bisa bertemu dengan teman-teman SMP-nya setelah perjalanan 32
tahun. Silaturahmi ini sendiri adalah yang ketiga, sebelumnya tahun 2008 di
Melak, tahun 2011 di Melak dan tahun ini di Samarinda. Sedangkan tahun 2012
diisi dengan buka bersama alumni saat bulan Ramadhan yang juga di Samarinda.
Syaharie
yang juga sebagai Pembina I Pengurus Ikatan Alumni SMP Melak menceritakan
banyak lika-liku perjalanan selama 32 tahun. “Saya meninggalkan kampung
kelahiran Long Pahangai setelah menyelesaikan kelas 1 SMP, kemudian melanjutkan
kelas 2 SMP dan SMA di Melak bersama kakak-kakak saya. Pas baru masuk, saya
ditawari Pak Didik (Didik Effendi, wakil Bupati Kutai Barat) duduk satu meja.
Setelah lulus SMA, ambil keputusan mencari uang,” tutur Syaharie.
Syaharie
mengenang ketika di Melak sambil bersekolah ia berjualan pais pisang dan
mencari kayu bakar hingga memancing ikan serta ke sekolah berjalan kaki.
Sedangkan Didik,sebutnya di depan rumahnya berjualan nasi kuning.
“Setelah
lulus SMA saya kerja di Bengalon jadi pengupas batang kayu, hingga menjadi
manajer. Namun, saya bertekad untuk kuliah, tapi harus kerja. Jadi saya
berkuliah di Widya Gama sambil bekerja jadi sales. Saya pun kembali satu asrama
dengan Didik. Saya juga kuliah jalan kaki dari asrama Kutai. Kemudian bagaimana
ceritanya diajak teman kuliah ikut di partai, terus jadi anggota dewan dan
ketua Fraksi, kemudian menjadi wakil wali kota 2 periode mendampingi Pak Amins,
sekarang jadi wali kota,” kisahnya.
Syaharie
berharap ini bisa menjadi motivasi bagi anak-anak mereka dan terus terjalin silaturahmi seperti
kemarin. “Hari ini, kita bisa menghadirkan guru-guru kita dulu. Maksudnya,
pendidikan ini penting bisa memutus garis kemiskinan. Saya ini bukan
siapa-siapa dan bukan anak siapa-siapa, tapi hanyalah anak seorang petani dari
ulu mahakam. Tapi berkat doa semuanya, bisa diamanahkan menjadi wakil wali kota
2 periode dan sekarang wali kota. Mudahan ini menjadi motivasi anak-anak kita,”
imbuhnya.
Sementara
Didik selaku pembina II bercerita dulu waktu SMA kelas 2, saat tampil di malam
perpisahan, bersama Syaharie mempersembahkan lawakan. “Saya pakai jas waktu itu
serta berkacamata hitam, dan Ayie pakai topi proyek,” kenang Didik.
“Sekarang
siapa sangka, kami dari tanah hulu, Ayie sudah dua kali ke Amerika, dan saya ke
Eropa. Tapi jujur, kami berdua bukan yang terbaik, hanya diberi amanah dan
didoakan kawan-kawan sehingga jadi begini. 32 tahun lalu kita sama,” ucapnya.
Ketua
Ikatan Pengurus Alumni SMP Melak Syaiful Bahri menyebutkan, Syaharie dan Didik
sebagai lentera anak kampung. “Mereka berdua simbol keberhasilan, aset putra
Kutai Barat dan Mahakam Ulu. Kita bagaikan bermimpi menginjakan kaki di rumah
jabatan wali kota, kalo kita tidak bersekolah dengan Pak Syaharie,” imbuhnya.
Dalam
reuni itu hadir beberapa guru, termasuk adapula dari Surabaya, diantaranya
Sukem, M Yusuf, Sujalmo, Padlun, Arbaniah dan 2 isteri almarhum guru mereka.
Alumni sendiri pun ada pula datang jauh-jauh Riau, Medan.(hms2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar