**Terbiasa
Susah, Tak Jadikan Pejabat sebagai ATM
SAMARINDA—Angin
tak segar dihembuskan wali kota Samarinda H Syaharie Jaang terhadap kekecewaannya
kepada beberapa kepala SKPD hingga tenaga ahli yang direkrutnya karena tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan dalam mendukungnya di roda pemerintahan yang
dipimpin bersama wakil wali kota Samarinda H Nusyirwan Ismail.
“Saya sudah
menugaskan kepada Wawali dan meneruskannya kepada Sekda supaya dibentuk tim
untuk mengevaluasi kepala-kepala SKPD kinerjanya jalan di tempat, kurang
respon, lambat bertindak, sementara kita sebagai pengayom masyarakat dituntut
terus terusan memberikan pelayanan dan mengatasi persoalan yang terjadi di
masyarakat,” ucap Syaharie Jaang kepada media ini ketika meninjau Bendungan
Benanga, Jumat (1/2 ).
Ini tidak
lanjut, Syaharie, ketika sesuatu hal yang disampaikannya, apakah dipanggil
langsung maupun di suatu kegiatan, semestinya sehari atau dua hari sudah ada
telahaan yang masuk kepadanya.
“Syukur-syukur
ada telahaan stafnya, terkadang ada yang lupa. Jawabnya iya iya terus, tapi
hasil tidak ada. Karena dia lupa atau sengaja, wali kota juga lupa, pas sudah
ada masalah, barulah kita kelimpungan. Namanya wali kota, bukan satu masalah
saja diurus. Disinilah fungsinya kepala SKPD maupun tenaga ahli dan staf ahli,”
tegasnya.
Syaharie
menginginkan kepala SKPD yang bisa menterjemahkan apa yang dimaunya untuk
pembangunan di Samarinda yang tiap hari berkejar-kejaran dengan lajunya
pertumbuhan pendudukan dengan diiringi berbagai persoalan pula.
“Begitu juga
tenaga ahli wali kota, seharusnya dia melaporkan apa-apa yang dikerjakannya.
Saya masih ingat, waktu usai dilantik, saya bersama wawali mengumpulkan semua
pejabat menyampaikan visi misi Pemkot. Harapan, semua pejabat termasuk tenaga
ahli yang direkrut bisa membantu kami, tidak menutup kemungkinan saya akan
menarik tenaga ahli dari luar untuk membantu saya,” ucapnya.
Termasuk kepala
SKPD yang tidak mendukungnya, lanjutnya, nasibnya berdasarkan hasil evaluasi
dari tim yang dibentuk wawali dan Sekda.
Bahkan bebernya,
ada juga pejabat yang menjual-jual nama wali kota kepada staf pejabat tadi di
salah satu SKPD, dengan alasan menyetor ke wali kota. “Pejabat yang menjual
nama saya itu, pintar jua akalnya dengan ngomong, memang jadi wali kota gratis,”
tandasnya.
“Pejabat-pejabat
yang seperti ini juga akan menjadi evaluasi, karena saya juga memiliki
intelejen-intelejen yang menyebar di SKPD-SKPD, untuk memberikan
laporan-laporan kepada saya. Jadi saya ingatkan supaya tidak menjual-jual nama
wali kota, jangan mentang-mentang dekat dengan wali kota, lantas menjual-jual
nama wali kota untuk keuntungannya,” tegas Syaharie lagi.
Ia menegaskan
tidak menjadikan pejabat sebagai ATM-nya, sehingga jika ada pejabat yang
menjual-jual namanya supaya segera melaporkan kepadanya.
“Tidak ada wali
kota membuat kepada SKPD maupun BUMD jadi ATM. Jangan percaya, tapi kalau wali
kota meminta pejabat untuk berbagi rejeki membantu membangun rumah ibadah
maupun majelis taklim, itu ada. Itu pun pejabat yang ada rejeki lebih,”
imbuhnya.
Berbicara
masalah jual menjual nama wali kota, diakuinya tidak sedikit pula kalangan
swasta yang tertipu dengan mentransfer sejumlah uang kepada oknum yang mengaku
wali kota.
“Apalagi
mendekati musim lelang proyek, ada oknum yang memanfaatkan moment ini dengan
mengaku wali kota dan menjanjikan proyek kepada si pemborong. Saya ingatkan
kepada pemborong atau swasta lainnya, supaya tidak percaya dan segera kroscek
langsung ke saya atau ajudan. Jangan seperti sebelumnya, setelah ditransfer,
baru ngomong ke saya,” pesan wali kota
mengakhiri.(hms2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar