Hasil rekapitulasi sampai April 2012 dari laporan bulanan tentang
penyakit di puskesmas yang terbanyak diderita peserta Jamkesda adalah
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Karena itu, tak dapat dipungkiri
dari data survei kesehatan, ISPA selalu menempati angka tertinggi
diantara jenis penyakit.
ISPA suatu keadaan dimana penyakit berhasil menyerang alat
pernapasan,
mulai hidung sampai ke paru-paru dan berlangsung tidak lebih dari 14
hari. Penyebab ISPA terdiri lebih dari 300 bakteri, virus dan riketsia.
Karena itu masyarakat perlu mengetahui gejala ISPA antara lain, pilek,
batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, demam dan sakit kepala.
Salah satu bahaya atau akibat terburuk adalah kematian, terutama pada
bayi dan anak. Karena menurut penelitian, 22,1 persen angka kematian
bayi di Indonesia adalah akibat ISPA. Sedangkan kematian anak hampir 40
persen penyebabnya adalah ISPA.
Untuk diketahui, ISPA memiliki bagian-bagian diantaranya ISPA bagian
atas yang mengenai saluran napas sebelum laring (mulut tenggorokan).
Misalnya salesma, faringitis akut, tonsilitis dan rhinitis. Adapula
ISPA bagian bawah yang mengenai saluran napas bagian bawah dari laring
sampai paru-paru.
Sedangkan ISPA pada bayi dan anak-anak bisa dibedakan menjadi tiga
macam, diantaranya ISPA ringan, bila timbul batuk, namun tidak
mengganggu tidur. ISPA sedang, biasanya dahak kental, ingus kental,
panas tinggi (38 derajat) dan sakit saat menelan. Sedangkan ISPA berat
biasanya gejalanya panas tinggi disertai napas ngorok, stridor,
kadang-kadang disertai penurunan kesadaran.
Plt Kepala UPTD Jamkesda DKK Samarinda dr Ismed menjelaskan, anak-anak
yang menderita ISPA perlu perawatan yang sangat konsentrasi dari
orangtunya. Karena penyakit ini rentan kambuh jika sang anak kurang dari
pengawasan orangtuanya. Karena itu, perlu dibiasakan untuk hidup sehat
dan bersih bagi anak-anak penderita ISPA.
"Jika memang ISPA anak kambuh, bisa langsung dibawa ke puskesmas,
karena Jamkesda menanggung semua kasus-kasus ISPA termasuk upaya
pencegahan dan promotifnya," ujarnya.
Dengan tingginya penderita ISPA pada peserta Jamkesda, maka hendaknya
peserta benar-benar mewaspadainya. Karena ISPA dapat terjadi kapan saja. (sapos, kamis, 17 mei 2012)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar