**Semua derajat sama, wali kota pun pijat sopir
SAMARINDA--Ingin semua rileks dan tidak ngantuk saat mendengar
tausiyahnya, ustad Wijayanto penceramah kondang asal Yogyakarta mengawalinya
dengan pijat berjamaah sambil berzikir. Ini dalam acara Peringatan Maulid Nabi
Muhammad Pemkot Samarinda garapan sekretariat Korpri, TP PKK Samarinda dan
Dharma Wanita Persatuan Samarinda di masjid Islamic Centre, Senin (11/2). Ia
menyuruh jamaah duduk menyamping dan memijat punggung orang yang di depannya
sambil mengucapkan zikir, kemudian sebaliknya berbalas yang memijat giliran
dipijat.
Mendapat “instruksi” tak lazim itu, jamaah di
jajaran Pemkot dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah serta anggota PKK dan
DWP, tidak terkecuali wali kota Syaharie Jaang, wakil wali kota Nusyirwan
Ismail, Sekkot Zulfakar Noor serta para Asisten menjadi terperangah sembari
menahan rasa canggung bercampur geli. Ya, merasa canggung, karena orang yang
dipijat atau memijat itu senior maupun pimpinan.
Ajakan pijat memijat itu, menurut ustad, bukan tanpa
alasan. Aktivitas sepele itu bisa mengakrabkan hubungan pegawai, meretas jarak
atasan dengan bawahan. ''Ya, inilah hubungan humanisme atau kemanusiaan tanpa
pamrih. Kita saling memijat tanpa melihat perbedaan suku, ras, agama atau
partai politik juga status kepegawaian,'' ujarnya.
“Ketika mijiti ini tidak lihat sapa orangnya, begitu
juga aplikasi sehari-hari Pak wali kota, ketika banjir, bantuan yang diberikan
bukan melihat karena partainya pak wali kota, dan ketika ada yang teriak
kebakaran, memadamkannya bukan karena melihat partai pula,” ucap Wijayanto
lagi.
Sambil guyon, ia menyebut di peringatan maulid
kemarin terjadi pemecahan rekor MURI, dimana wali kota memijat seorang sopir.
“Saat memijat tadi, kita tidak melihat KTP. Eh ternyata wali kota memijat
sopir. Ini tidak pernah terjadi, dan yang jelas semua derajat itu sama di mata
Allah,serta kita melakukan kebaikan bukan melihat derajat seseorang,” tuturnya.
Selain pijat memijat, Ustad Wijayanto juga melatih
konsentrasi jamaah dengan permainan menangkap jari dan mengangkat jari sesuai
arahannya, dan bagi yang tidak konsentrasi, jarinya akan tertangkap.
“Nafsu bisa mengalahkan pikiran kita. Ini tergambar
dari permainan tadi. Begitu juga dengan kaitannya korupsi, karena nafsunya,
akhirnya bisa korupsi dengan mengalahkan pikirannya sendiri,” urainya.
Ucai permainan, ustad Wijayanto barulah menyampaikan
tausiah. Dengan gayanya yang kocak, ceramah yang mestinya serius itu menjadi
banyolan karena banyak disisipkan humor-humor.
Wali kota sendiri dalam sambutannya menekankan
peringatan maulid ini bukan semata banyaknya dihadiri dan diperingati sebagai
seremonial, tapi bagaimana bisa meneladani Rasulullah. “Kita sebagai PNS yang
merupakan abdi negara dan pelayan masyarakat, dengan peringati ini, mari kita
berkaca dengan diri masing-masing, apakah sudah baik melayani masyarakat dan
yang dilakukan semata mengharap ridho Allah,” tuturnya.
Tampak hadir pula ketua TP PKK Samarinda Puji
Setyowati Jaang, ketua DWP Samarinda Mardiana Zulfakar dan pengurus IPHI
Samarinda Eko Prayitno. (hms2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar