Sarung Samarinda yang sudah tersohor dimana-mana, ternyata masih
perlu belajar ke Pekalongan, bukan untuk teknik menenunya, tapi upaya
pengkayaan wawasan termasuk strategi menembus pasar lebih besar.
“Sebanyak 5 orang petenun dengan pendampingan dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan kota Samarinda, mulai Pak Ismed, Jimmy Akhmadi dan Rizaldi Anshari
selama 3 hari mendampingi para petenun untuk melihat langsung ke
industri-industri pertenunan yang ada di Pekalongan,” ucap Kepala Disperindag
Samarinda Robby Hartono didampingi kepala Seksi Industri Logam dan Perekayasaan
Ismed Rustamy kepada wartawan baru-baru ini.
Robby mengemukakan mereka disana lebih mempelajari tentang kiat-kiat usaha
pertenunan dalam meningkatkan pemasaran hasil tenun tersebut.
“Para petenun di Pekalongan ternyata tidak terpaku pada produksi dengan
kualitas utama, tetapi juga memproduksi barang tenun kualitas nomor dua yang
biasa disebut kw 1, kw 2 dan seterusnya,” timpal Totom biasa Ismed.
Hal ini dimaksudkan terang Robby lagi agar perputaran usaha dapat terus
berjalan. “Perbandingannya adalah 1 produk tenun kualitas utama dan 100
kualitas dibawahnya,” bebernya.
Selain itu, katanya, para petenun di Pekalongan tidak hanya memproduksi
sarung, tapi pula memproduksi sejadah, keset dan lainnya. “Untuk pemasaran,
selain membuka outlet-outlet, juga di kirim ke pasar tradisional dan pasar
modern seperti hypermart dan lainnya,” tandasnya.
Hasil pengamatan selama ini, lanjutnya dari pengamatan selama ini di
Pekalongan tersebut diharapkan para perajin tenun sarung Samarinda dapat
mencoba kesuksesan petenun Pekalongan tersebut di sini, dimana peluang itu
terbuka lebar di Samarinda.
“Setelah kunjungan itu, kami juga memberikan pelatihan selama 4 hari,”
pungkas Robby.(hms2)