**Pameran Teknologi Tepat Guna
Nasional XIV di Batam
Kota Samarinda kembali mengukir prestasi.
Mewakili Kaltim di ajang pameran Teknologi Tepat Guna Nasional XIV di Batam
Propinsi Kepulauan Riau 10-14 Oktober lalu, hasil inovasi ketua RT 22 kelurahan
Pelita Samarinda Ilir, Marno Mukti yang memang memiliki kepedulian tinggi
terhadap lingkungan masuk 10 besar atau menempati rangking 7 nasional kategori
TTG Unggulan.
INOVASI itu adalah alat penyulingan
sampah plastik yang mampu menghasilkan bahan bakar minyak (BBM) alternative
bahkan juga gas. Tak hanya prestasi, selama pameran alat ini menjadi primadona
dikunjungi bahkan banyak tawaran kerjasama yang diterima Marno yang saat
pameran didampingi Lurah Pelita Ence Izhar.
Tidak tanggung-tanggung, mereka yang
mengunjungi alat karya lulusan STM Madiun ini sebagian besar para kepala
daerah, pejabat pusat, pengusaha hingga dosen.
“Alatnya bagus, nanti bisa
kontek-kontek (telpon) saya. Salam juga buat Pak Jaang (sambil menunjuk banner
walikota dan wakil wali kota Samarinda di stan). Saya teman baik sama beliau,”
ungkap Bupati Bandung Dadang M Naser sambil memberikan kartu namanya kepada
Marno Mukti yang mengaku kaget melihat di kartu itu adalah Bupati Kabupaten
Bandung.
Tak hanya Bupati Bandung, Wakil Wali
Kota Tegal Habib Ali Zaenal Abidin, Bupati Bengkalis H Herliyan
Saleh, Wakil Gubernur Kaltim Farid Wadjdy, anggota DPRD Batam, rombongan Dosen
Unair Surabaya, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, Heri pengusaha BBM
dan LPG dari Batam, pengusaha biji plastic dari Batam, bos pemulung pengumpulan
sampah di Batam.
“Mereka
semua masing-masing pesan alat, dan ada juga warga yang mau membeli alat yang
kita pamerkan saat itu. Bahkan malam Rabu tadi (Selasa 16/10 malam), Pak Heri
nelpon saya minta segera dibuatkan alat kapasitas 500 sampai 1.000 kg,” beber
Marno.
Hanya
saja, sebut Marno belum bisa segera dibuatkan karena surat keterangan penemuan
alat itu, baik Pemkot maupun Pemprop sebagai legalitas kepemilikan alat
tersebut. Sebab jika menunggu hak paten bisa mencapai 4-5 tahun, dan jika
diperbanyak tanpa ada surat keterangan dikhawatirkannya bisa diakui orang.
“Ini
juga yang mempengaruhi penilaian juri, karena alat saya belum bisa diproduk
massal,” tegasnya.
Marno
yang mengaku baru pertama kali mengikuti event nasional sangat bersyukur,
karena momentum itu dijadikan sebagai wadah menambah wawasan lagi, dan diluar
dugaan pula banyak mendapat order.
“Kita
ingin tumbuh subur, masyarakat yang memiliki kepedulian tinggi terhadap
lingkungan sehingga bisa membuat terobosan seperti yang dilakukan Pak Marno di
kelurahan kami,” timpal Ence Izhar yang dibenarkan kepala Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Perempuan (BPMP) Samarinda Nurul Muminayati.(hms2)