Ditetapkannya batik
sebagai warisan dunia oleh Unesco pada tahun 2009 merupakan kebanggaan bangsa Indonesia,
dimana batik menjadi salah satu warisan dunia yang dimiliki bangsa Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Kepala
Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo Samarinda HM Faisal dalam acara Talk
Show sekaligus Halal bihalal Remaja Batik Indonesia, Kota Samarinda Minggu (16/9)
lalu.
Disampaikannya, batik sebagai bagian
dari jati diri bangsa Indonesia tidak boleh pudar dan harus terus dilestarikan.
Karena itu, adanya komunitas remaja cinta batik ini diharapkannya akan
menjaring lebih banyak minat dari kalangan generasi muda memakai batik untuk
kegiatan-kegiatan mereka.
Setelah batik resmi dikukuhkan UNESCO,
salah satu warisan budaya tersebut kemudian diapresiasi oleh masyarakat
Indonesia dengan memakai produk budaya sebagai bagian dari aktivitas
sehari-hari.
"Di antaranya memakai batik pada acara-acara formal dan nonformal, memakai seragam batik di sekolah, menyediakan pelajaran-pelajaran batik, agar dapat menghayati dan mensyukuri batik sebagai budaya asli Indonesia. Para pegawai Pemkot Samarinda khususnya pun setiap Kamis dan Jumat memakai batik," jelasnya.
"Di antaranya memakai batik pada acara-acara formal dan nonformal, memakai seragam batik di sekolah, menyediakan pelajaran-pelajaran batik, agar dapat menghayati dan mensyukuri batik sebagai budaya asli Indonesia. Para pegawai Pemkot Samarinda khususnya pun setiap Kamis dan Jumat memakai batik," jelasnya.
Dikatakannya Saat ini pemerintah
kota Samarinda telah mengadakan lomba design batik khas Samarinda yang hingga
saat ini telah masuk lebih enam puluh design. Nantinya design terpilih akan dituangkan
dalam kain menjadi seni batik khas samarinda.
Sementara itu, Ketua Komunitas Remaja
Cinta Batik Samarinda Hady Saparudin, mengatakan saat ini anggotanya sudah
mencapai lebih dari seratus orang dan diharapkannya terus bertambah karena
dengan semakin banyaknya anggota, berarti minat kecintaan terhadap kain khas Indonesia
ini menjadi semakin tinggi.
Sementara itu, dalam kegiatan itu
pula turut hadir salah satu pembuat batik tulis Kaltim, yaitu Yuswar Hidayat.
Disampaikannya bahwa saat ini minat memaki batik memang sudah semakin tinggi,
namun proses regenerasi pembuat batik khususnya batik tulis semakin berkurang.
Diharapakannya komunitas remaja
cinta batik melalui berbagai kegiatannya, tidak hanya mampu memperkenalkan
batik sebagai ciri khas bangsa Indonesia, tetapi juga mampu mengajarkan dan
meluaskan kecintaan terhadap proses pembuatan batik itu sendiri. (HMS4).