**Wali Kota Buka Sosialisasi Kearsipan
Daerah
Belum efektifnya dan
maksimalnya pengelolaan arsip maupun dokumen-dokumen di pemerintahan kota
Samarinda sehingga tidak jarang ada yang ditemukan sebagai bungkus nasi bungkus
hingga jajanannya lain.
“Tidak jarang arsip-arsip atau dokumen
pemerintahan bahkan SK-SK ditemukan di warung-warung yang dijadikan sebagai
bungkus nasi, sementaral umurnya belum beberapa tahun. Padahal masa kadaluarsa
arsip itu 30 tahun, tapi ini belum tua sudah dimana-mana berhamburan,” ungkap
wali kota Samarinda H Syaharie Jaang ketika membuka Sosialisasi UU No 43 tahun
2009 tentang Kerasipan di lingkungan kota Samarinda di ruang utama Balaikota,
Senin (3/12).
Wali kota mengakui masalah kearsipan
kurang mendapatkan perhatian yang semestinya. “Sosialisasi hari ini penting
diikuti sampai selesai,” pesan wali kota mewanti-wanti peserta yang terdiri
dari seluruh pimpinan SKPD, termasuk 10 Camat dan 53 Lurah.
Wali kota mengingatkan dengan masih belum
rapinya kearsipan, bahwa ada arsip yang boleh keluar dan ada juga yang tidak
boleh keluar sehingga penting. “Ini menandakan kurangnya pemeliharaan arsip dan
keamanan arsip,” tandas wali kota masih diacara sosialisasi yang
diselenggarakan Kantor Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Samarinda.
Bahkan wali kota mencontohkan ketika
masih di perusahaan, bahwa kalau ada
dokumen berhubungan pertanahan maupun pemetaan, saat mau dibakar harus
dibikinkan berita acaranya dulu.
Senada dengan wali kota, Deputi Bidang Informasi
dan Pengembangan Sistem Kearsipan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Dini
Saraswati sebagai narasumber dalam kesempatan itu menyebutkan penyusunan arsip
belum berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan terlanjur terjadi
penumpukan arsip, baik di unit kerja maupun di gudang-gudang, sehingga tidak
tahu penataan harus dimulai dari mana.
“Hingga saat ini, belum terwujud
pengelolaan arsip yang andal, efisien dan efektif yang berorientasi pada
pencapai tujuan organisasi,” tandasnya.
Dini juga mengutarakan, perkembangan
tenologi informasi dan komunikasi belum dimanfaatkan sebagai suatu sistem yang
terpadu dalam mendukung pengelolaan arsip.
“Kita juga masih kekurangan SDM
kearsipan, baik arsiparis maupun pengelola learsipan, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Anggaran untuk bidang inipun masih rendah. Arsip baru
dianggap penting bila diperlukan,” imbuhnya.
Dikatakannya, tujuan kearsipan ini
sendiri, diantaranya menjamin ketersedian arsip yang autentik dan terpercaya
sebagai alat bukti yang sah. Bahkan, katanya, untuk menjamin keselamatan asset
nasional dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pertahanan, serta
keamanan sebagai identitas dan jati diri bangsa.
Selain Dini, tampil sebagai pembicara
lainnya kepala Bidang Pembinaan dan Pengembangan Arsip Daerah Propinsi Kaltim
AA Nyoman Susastra. Hadir pula kepala Badan Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah
Samarinda MardianaZulfakar.(hms2)