**Seminarkan Raperda RIPDA dan Desain
Batik
Ketua Dewan Kerajinan Nasional
Daerah (Dekranasda) Samarinda Hj Puji Setyowati Jaang mengajak seluruh warga
Samarinda untuk bisa bangga terhadap produk dan SDA lokal sehingga mengangkat
derajat dan nama kota Samarinda itu sendiri serta multiplier effect yang luas.
“Kalau kita mencintai punya kita
sendiri, maka apapun akan kita lakukan sebagai tanda cinta. Kok kita bangga
dengan karya orang luar, padahal kita punya produk lokal dan SDA yang luar
biasa. Sarung Samarinda kita bukan hanya dikenal dari Sabang sampai Merauke,
tapi sudah internasional. Ini salah satu produk yang harus kita cintai,” ungkap
Puji ketika menjadi narasumber tentang perspektif batik khas Samarinda pada
Seminar Raperda Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) dan
Desain Batik Khas Samarinda garapan Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Kominfo
Samarinda di Hotel MJ, Kamis (29/11).
Oleh karena itu, sebut Pemkot Samarinda
terus mengangkat potensi-potensi kota Samarinda, mulai produk kerajinan hingga
objek-objek wisata.
“Kita bahkan melombakan motif batik khas
Samarinda, supaya kita juga batik sendiri yang bisa kita cintai dan banggakan.
Batik ini sebagai alat transformasi dan informasi. Jadi orang luar cukup
melihat batik kita, sudah tahu Samarinda, karena ada tambangan, pesut Mahakam, Sungai
Mahakam dan sedikit corak Sarung Samarinda,” imbuhnya.
Begitu pula baju resmi khas Samarinda,
lanjutnya yang motifnya tidak terlepas dari Sarung Samarinda yang sudah
terkenal hingga mancanegara. “Tentunya para perajin dan UKM kita akan terbantu
karena produknya cukup dibeli warga lokal mereka sudah bisa mendapatkan
keuntungan. Apalagi kampung tenun Samarinda Seberang pun dijadikan tujuan
wisata nasional, sehingga semakin mendukung,” tandasnya.
Narasumber lainnya Tri Rubianto dari
Yogyakarta yang mengupas perspektif Raperda RIPPDA mengatakan RIPPDA menjadi
pondasi dasar yang sangat penting bagi pengembangan dan pengelolaan sumber daya
pariwisata budaya dan alam.
“RIPPDA kota Samarinda diperlukan
sebagai acuan operasional pembangunan pariwisata bagi pelaku pariwisata dan
pelaku ekonomi sosial dan budaya di daerah. Banyak objek wisata yang potensial
di Samarinda, tinggal bagaimana kita menggalinya,” imbuhnya.
Kepala Disbudparkominfo Samarinda M
Faisal mengatakan RIPPDA ini sebagai master plant maupun blue print
pengembangan pariwisata beberapa tahun ke depan.
Terkait baju resmi khas Samarinda dan
Batik Samarinda, disebutkan Faisal sebagai identitas kota Samarinda yang bisa
menjadi kebanggaan sekaligus mempromosikan dan melestarikan Sarung Samarinda.
“Kita ingin menciptakan lokal market,
sehingga bisa meningkatkan perekonomian pengrajin UKM. Kita akan memulainya
dari pegawai di lingkungan Pemkot. Anggap saja 10 ribu pegawai yang memakai
ini, dan tentunya bukan satu baju batik saja yang dipakainya. Selanjutnya nanti
akan ditetapkan pada hari Kamis memakai batik Samarinda di dalam sebulan bisa
dua kali, dan Jumatnya bisa memakai baju khas Samarinda,” tutur Faisal lagi.
Sementara Asisten III Ridwan Tassa
ketika mewakili Walikota membuka seminar ini menekankan agar apa yang
dirancangkan dalam RIPPDA ini tidak keluar dari visi dan misi Pemkot yang
ujungnya adalah kesejahteraan masyarakat.(hms2)