Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan patriotisme kepada pelajar oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Linmas Samarinda, termasuk melalui orientasi pemantapan wawasan kebangsaan dan ketahanan sosial dengan dikemas metode nonton bareng (Nobar) Film Tanah Surga…Katanya puluhan siswa dan guru dari13 sekolah dilanjutkan dialog interaktif di studio 21 Samarinda Central Plaza (SCP), Senin (10/9).
“Kegiatan forum hari ini sangat tepat dan relevan dengan situasi dan kondisi bangsa dan Negara, yang kita hadapi saat ini, khususnya terkait pentingnya kesinambungan, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya bagi kesejahteraan rakyat, meningkat rasa cinta tanah air serta kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa,” ungkap walikota Samarinda dalam sambutannya yang dibacakan Asisten I Setkot Samarinda H. Diwansyah.
Dikatakan Diwansyah rasa cinta tanah air bagi pelajar bisa diwujudkan dengan belajar bersungguh-sungguh, mencintai produk-produk dalam negeri, bangga sebagai Bangsa Indonesia, dan upacara setiap hari Senin dan pada hari-hari besar Negara.
“Kegiatan forum hari ini sangat tepat dan relevan dengan situasi dan kondisi bangsa dan Negara, yang kita hadapi saat ini, khususnya terkait pentingnya kesinambungan, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya bagi kesejahteraan rakyat, meningkat rasa cinta tanah air serta kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa,” ungkap walikota Samarinda dalam sambutannya yang dibacakan Asisten I Setkot Samarinda H. Diwansyah.
Dikatakan Diwansyah rasa cinta tanah air bagi pelajar bisa diwujudkan dengan belajar bersungguh-sungguh, mencintai produk-produk dalam negeri, bangga sebagai Bangsa Indonesia, dan upacara setiap hari Senin dan pada hari-hari besar Negara.
Ditambahkannya sasaran kegiatan ini, tidak lain terciptanya kondisi kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi masyarakat dalam menghadapi potensi dan indikasi timbulnya bencana/
konflik, baik bencana/konflik perang, bencana alam, maupun bencana/konflik karena ulah manusia.
Kepala Badan Kesbang Linmas Darjad menyebutkan orientasi pemantapan wawasan kali ini berbeda dengan kegiatan sebelumnya, dimana kali ini bernuansa edutainment yang nantinya akan diawali dengan pemutaran sebuah film yang berkategori fiksi dengan pendekatan documenter dan dilanjutkan dialog interaktif yang materinya seputar nasionalisme dan cinta tanah air.
Dalam sesi dialog interaktif sesudah pemutaran film, Dandim Samarinda Letkol Inf. Junaidi menggugah nasionalisme para pelajar dan guru dengan menceritakan pengalaman bertugas di perbatasan, baik di Wamena perbatasan Papua maupun perbatasan di Kaltim.
“Serba kurang di perbatasan, bahkan saya melatih prajurit saya untuk menjadi guru. Saya sedih ketika adik-adik tadi tidak angkat tangan ketika ditanya siap bertugas di perbatasan. Tadi bisa dilihat bagaimana kehidupan di perbatasan dari film tadi, sampai-sampai ada yang tidak bisa menggambar bendera RI dan lupa lagu Indonesia Raya,” imbuhnya.
Untuk itu, Dandim berpesan agar para pelajar bisa belajar sungguh-sungguh supaya bisa berguna membangun bangsa ini. “Nanti ada yang ahli pertanian, bisa membangun pertanian di perbatasan, atau ada yang ahli perkebunan juga mengaplikasikan ilmunya diperbatasan,” pungkasnya.
Selain Dandim, Kepala Badan Pengelola Kawasan Perbatasan Pedalaman dan Daerah Terpencil (BPKP2DT) Kaltim, Fredrick Bid juga menjadi narasumber di dalam dialog interaktif. (hms2)
konflik, baik bencana/konflik perang, bencana alam, maupun bencana/konflik karena ulah manusia.
Kepala Badan Kesbang Linmas Darjad menyebutkan orientasi pemantapan wawasan kali ini berbeda dengan kegiatan sebelumnya, dimana kali ini bernuansa edutainment yang nantinya akan diawali dengan pemutaran sebuah film yang berkategori fiksi dengan pendekatan documenter dan dilanjutkan dialog interaktif yang materinya seputar nasionalisme dan cinta tanah air.
Dalam sesi dialog interaktif sesudah pemutaran film, Dandim Samarinda Letkol Inf. Junaidi menggugah nasionalisme para pelajar dan guru dengan menceritakan pengalaman bertugas di perbatasan, baik di Wamena perbatasan Papua maupun perbatasan di Kaltim.
“Serba kurang di perbatasan, bahkan saya melatih prajurit saya untuk menjadi guru. Saya sedih ketika adik-adik tadi tidak angkat tangan ketika ditanya siap bertugas di perbatasan. Tadi bisa dilihat bagaimana kehidupan di perbatasan dari film tadi, sampai-sampai ada yang tidak bisa menggambar bendera RI dan lupa lagu Indonesia Raya,” imbuhnya.
Untuk itu, Dandim berpesan agar para pelajar bisa belajar sungguh-sungguh supaya bisa berguna membangun bangsa ini. “Nanti ada yang ahli pertanian, bisa membangun pertanian di perbatasan, atau ada yang ahli perkebunan juga mengaplikasikan ilmunya diperbatasan,” pungkasnya.
Selain Dandim, Kepala Badan Pengelola Kawasan Perbatasan Pedalaman dan Daerah Terpencil (BPKP2DT) Kaltim, Fredrick Bid juga menjadi narasumber di dalam dialog interaktif. (hms2)